“rin, main yuk kan udah lama ni
kita gak main bareng ..” begitu smsku pada rinda salah seorang sahabatku. Tentu
saja kami sangat dekat, bila ku hitung sampai detik ini sudah 15 tahun berlalu
dan persahabatan kami tidak pernah putus semenjak ospek sampai lulus kuliah
kami selalu bersama, aku, rinda, dea dan key.
Kring..
“aku gak bisa
Ta, tau sendiri kan anakku suka rewel kalau pergi pergi gak sama ayahnya..”
Untuk kesekian
puluh kali aku lupa Rinda sudah beranak 2, dan begitupun dengan kedua sahabatku
yang lain, Key beranak 1 dan Dea, meskipun belum memiliki anak tapi dia ikut
suaminya ke kalimantan.. Mereka sudah memiliki keluarga dan lagi lagi “tinggal
aku yang sendirian”. Jika sudah begini, keputusasaanku akan berakhir di sudut
cafe dengan beberapa donat dan expresso sambil harap harap cemas apakah ada
pangeran bermobil putih yang khilaf ketika melihatku dan berpikir jika aku ini
secantik kate meddleton lalu membawaku kabur ke Istananya yang ada di Negeri
antah berantah. Hahaha...
Ku keluarkan
buku yang ku beli sebelum kemari. Novel karya Sapta memang selalu menarik untuk
ku baca, tentang cinta yang begitu beragam. Satu, Dua, Tiga lembar halaman ku
lahap sampai kalimat ibu tadi pagi berterbangan di segala sudut pandang mataku.
Begitu jelas kalimat demi kalimat pembicaraan kami tadi pagi. Menyayat hati
yang sudah tersayat menjadi semakin terluka.
”ndug, sedang
apa kamu ?”
“siap siap mau
ke kantor bu.. ada apa”
“tidak apa
apa, tadi malam adekmu telpon, katanya minggu ini ada yang mau kerumah, katanya
sih mau main ke pantai sama teman temannya dari semarang”
“nggih Bu,
bukan sekali dua kali kan adek membawa teman temannya ke rumah lalu mereka main
main di Jogja bu ..”
“kali ini beda
ndug, ada yang mau adekmu kenalkan ke kita.”. Deg.
“ndug, kenapa
belum ada yang rawuh ke Bapak.” Lanjutnya.
“nggih Bu,
nanti klo waktunya sudah pas pasti Ita sowan Ibu dan Bapak.”
“Selalu begitu
yang kamu ucapkan ndug, Ibu dan Bapakmu ini tau kamu ndug”
Hening sejenak
sebelum ibu melanjutkan kalimatnya,
“sebenarnya
ibu dan bapak itu tidak ingin kalau di keluarga kita ada istilah lompat
lompatan dalam pernikahan kalian berdua. Maumu apa to ndug, di carikan gak mau,
cari sendiri yo gak dapet dapet”aku hanya bisa diam jika ibu sudah berbicara
begitu.
“Ndug, kalau
kamu memang mau cari jodohmu sendiri, renungkan dan sowan bapakmu bagaimana
baiknya..”
“nggih bu, besok
klo libur ita sowan bapak ..ibu tenang ngih ..Ita mau ke kantor dulu”
“Ya sudah
,,hati hati dan jangan lupa makan untuk menjaga kesehatanmu.”
“nggih bu,
salam untuk bapak.”
Kalimat yang
membuatku pusing bukan kepalang. Niatku untuk pulang ke rumah sepulang kantor
hari ini pun aku urungkan. Aku benar benar stress. Ku antukkan kepala di meja
beberapa kali kemudian kusesap expresso yang sedari tadi menemaniku di sudut
cafe biasa ku kunjungi bersama sahabat-sahabatku yang kini rajin ku kunjungi
sendirian apalagi dalam suasana seperti ini. Rasanya yang pahit membuatku
merasa bahwa aku tidak sendirian menikmati kapahitan hidupku. Dan cinta
??andaikan ini sebuah drama korea yang biasa aku tonton tentulah aku tau
bagaimana akhirnya aku akan bersamamu yang menjadi pujaan banyak wanita. Tapi
sayangnya ini bukan sekedar drama, tapi kisah nyata dimana aku pemeran utama
yang terancam atau bahkan memang sudah menjadi perawan tua. Aku bukan karna
peduli pada perkataan orang lain yang selalu membicarakanku dan bertanya kapan
aku menikah, tapi karna hati ini yang sudah merindukanmu di sisiku, Cinta.
Bisakah kau sedikit berlari atau kencang berlali menemuiku ??kemudian bersama
merajut asa. Ahh.sepertinya terlalu jauh bagiku jika harus membayangkan
bagaimana asa itu kita raih sembari bergandeng tangan.
Iseng aku
search tempat berlibur serta semua keperluan dan akomodasi perjalanan serta
penginapan. Yup, Aku kirim sms ke Ibu untuk beberapa hari ini aku akan sibuk
jadi tidak bisa di hubungi. Dan ku telpon bosku untuk minta ijin cuti,
“maaf boss,
saya ijin hari senin besok tidak masuk kantor ya ..”
“loh ?kenapa
Ta ?Gak biasanya ..”
“iya boss,
saya ijin pake jatah cuti ya ..saya butuh refreshing boss”
“Oke, 3 hari
gak bisa lebih ya. Mau kemana memang ?”
“hehe, Karimun
Jawa boss ..”
“Oke. Have a
nice holiday ya ..”
“trimakasih
banyak ya boss”
“sama-sama”
Tuuuuttt...
Yah, ada untungnya juga menjadi karyawati abadi di kantor ditambah absen yang
tidak pernah kosong seperti aku ini.
Tiga jam
kemudian aku sudah memacu mobilku menuju karimun jawa, sendiri. Aku ambil semua
keperluan yang aku butuhkan disana, tak lupa ku ikut sertakan make-up agar jika
bertemu pangeran disana aku tetap bisa tampil maksimal. hehe. Dan sekarang aku
hanya terus memacu mobilku mengikuti arah yang sudah di sediakan pemerintah
itu, sambil sesekali melihat map di handphone, dan aku masih yakin aku “belum
tersesat”dan semoga tidak. Melewati banyak rambu lalu lintas, berhenti di
setiap lampu merah yang menyala, tak berpengaruh banyak bagiku untuk
memusnahkan pembicaraanku dengan ibu yang terus berterbangan mengikutiku.
*to be cotinue*